SultraOnline, KENDARI – Komunitas fotografi Kota Kendari Blackmiror dalam gelar diskusi yang diselenggarakan di Talk Café Kendari, Jumat (26/4) memukau peserta.
Durasi diskusi kurang lebih tiga jam, mulai pukul: 15.00 Wita – 18.00 Wita itu, cukup memberikan inspirasi peserta dengan materi pembahasan paduan antara seni dan budaya yang dihasilkan melalui karya fotografi.
Karya foto yang ditampilkan dalam pameran fotografi bertajuk ‘’Cerita Dibalik Foto’’ yang menggambarkan dua sejoli yang sedang melansungkan pernikahan atau wedding photography, sungguh dapat menggugah setiap penikmatnya.
Apalagi penampilan foto yang ditampilkan ini produk karya orginil adalah benar-benar acara pernikahan yang sesungguhnya sangat luar biasa.
‘’Objek, mode dan busana yang dikenakan juga akan menunjukkan asal muasal suatu daerah. Ditiap momen foto itu akan menjadi bagian dari pelestarian budaya adat dan seni daerah tertentu.’’kata DR Irianto, MPd, Ketua Jurusan Pendidikan Seni Universitas Haluoleo Kendari.
Foto dengan rangkaian resepsi dan urutan tradisi dan budaya yang diabadikan itu menunjukkan suatu keragaman daerah kita.
Hal senada dikatakan, Arief Relano Obert, Expert & Profesional Photographer, untuk menciptakan suatu karya foto yang baik dan benar dibutuhkan insting tepat dari sang fotografernya. Karena foto yang baik itu dikala mampu memberikan hasil foto yang bisa dinikmati utamanya objek sebuah karya foto yang dapat menggugah selera yang melihatnya.
‘’Karya foto pernikahan atau wedding photography yang berhasil yakni foto yang memikat orang yang melihatnya. Dan foto itu, ada pada karya foto-foto yang ditampilkan dipameran foto hari ini.’’jelas Arief.
Acara yang dikemas dalam pameran foto, diskusi seni dan workshop photography ini, diikuti lima puluhan orang peserta dari komunitas fotografi dan pencinta seni foto serta para jurnalis,. Turut hadir, budayawan Kendari Patta Nasra, Ketua Jurusan Pendidikan Seni Universitas Haluoleo, DR Irianto Ibrahim, MPd, Pimpinan Expert dan Profesional Photographer, Arief Relano Obert dan acara diskusi ini dipandu Jurnalis Senior Ilham Q. Muchidin. (Red/IDE)
Discussion about this post